Profesi Petani dan Tantangan Sektor Pertanian di Masa Mendatang

profesi, petani, tantangan, sektor, bertani, bercocok tanam
  1. China

Masyarakat Negara tirai bambu memandang profesi petani sebagai profesi yang menjanjikan. Banyak sekali lulusan pertanian disana berebut menjadi petani. Profesi petani di Negara ini yang luar biasa menjadi salah satu alasan profesi ini sangat digandrungi.

Bahkan di tahun 2009 China masuk dalam daftar Negara di sektor pertanian no. 2 di dunia. Penghasilan petani disana bisa mencapai 9 juta rupiah per bulannya. Dan tentunya penghasilan tersebut akan meningkat setiap tahunnya dan membuat petani menjadi semakin makmur

  1. Jepang

Meskipun di Indonesia profesi petani dipandang sebelah mata dan biasa saja, di Jepang pandangan itu berbanding 180 derajat. Di Jepang profesi ini memiliki rata – rata penghasilan luar biasa yaitu sebesar 25 juta yen (sekitar 2 Milyar Rupiah).

Dengan penghasilan sebesar itu maka sektor ini membuat banyak anak muda disana ingin menjadi petani. Berbanding terbalik dengan kondisi di Indonesia dimana anak muda jarang sekali ingin menekuni profesi ini

  1. Belanda

Petani di Negara Belanda termasuk profesi cukup makmur. Hal tersebut terbukti dari ekspor sektor pertanian di Belanda berada pada peringkat no. 2 di dunia. Tidak mengherankan jika pendapatan petani di Negara ini sangat luar biasa.

Pendapatan petani di Negara ini bisa mencapai 14 juta rupiah per bulan. Hal tersebut ditunjang dengan penggunaan teknologi modern pada sistem pertaniannya. Tidak salah dengan banyaknya manfaat yang ditawarkan membuat profesi ini semakin banyak dilirik.

Baca Juga : Tomat TM Vista Tahan Virus Generasi Baru Tomat Dataran Tinggi

Dari data diatas tentu sudah terlihat sekali banyak perbedaannya dengan sektor pertanian di Negara kita. Banyak sekali penghambat yang bisa ditemui di Negara kita. Diantaranya yaitu :

  1. Pandangan Negatif

Pandangan negatif masyarakat membuat sektor pertanian dipandang sebelah mata. Bahkan anak – anak kecil di zaman sekarang jarang sekali ada yang ingin bercita – cita sebagai petani. Faktanya memang seperti itu, bukan ?? Mereka biasanya bercita – cita sebagai dokter, pemain bola, polisi, tentara, dll.

Dan pandangan tersebut nantinya akan terbawa di saat mereka dewasa sehingga mereka memilih untuk tidak bekerja / berkecimpung dalam sektor pertanian. Ditambah lagi image petani yang miskin dan tidak memiliki nilai bagi anak muda menjadikan profesi ini kekurangan daya tarik.

Berbeda sekali image – nya dengan pekerja kantoran terutama para pegawai negeri sipil dimana memiliki daya tarik kuat bagi anak muda untuk berlomba – lomba menjadi pns. Dari data yang dihimpun tahun 2015 menunjukkan bahwa anak muda masih banyak memiliki pandangan dan persepsi buruk terhadap pertanian.

Pandangan dan persepsi buruk tersebut tercipta dari buruknya tingkat kesejahteraan petani di mata mereka. Padahal jika mereka mencari tahu lebih banyak lagi mereka akan bisa tahu bahwa banyak juga orang – orang kaya di Indonesia yang berhasil dalam sektor pertanian.

Beberapa contohnya yaitu Chairul Tanjung, Eddy Kusnadi Ariaatmaja, dan Bachtiar Karim.

  1. Penghasilan yang rendah

Sektor pertanian menurut data BPS merupakan sektor dimana penghasilannya justru masuk dalam kategori rendah. Bahkan pendapatannya merupakan yang terendah dari semua sektor.

Minimnya kecocokan antara keahlian dan ketrampilan khusus yang dimiliki oleh tenaga kerja dengan kebutuhan di lapangan menjadikan ini sebagai suatu masalah tersendiri.

Sarjana pertanian misalnya, daripada memilih bekerja di bidang pertanian malah memilih bekerja di bidang lain seperti menjadi penyiar radio. Ketidakcocokan antara skill yang dimiliki dengan sektor itu akhirnya menyebabkan tenaga kerja dibayar dengan upah rendah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *