BUDIDAYA CABAI RAWIT MULAI DILIRIK PETANI CABE
Karena hal tersebutlah tak heran jika para petani mulai melakukan budidaya cabai rawit secara intensif dan meluas. Meluas dari area penanamannya hingga pemasarannya. Bahkan potensi pasar cabai rawit sampai menembus pasar industri jika dulunya hanya pada pasar tradisional saja.
Cabai rawit yang telah menembus pasar industri biasanya terolah menjadi bentuk yang lebih tahan lama seperti cabai bubuk, cabai kering, dan saos cabai. Dengan membentuk produk semacam ini, pastinya harga cabai rawit jauh lebih tinggi membandingkannya dengan menjual ke pasar dalam bentuk buah.
Selain itu para petani juga bisa memanfaatkan area pemasaran cabai rawit pada beberapa tempat usaha kuliner yang telah menjamur pada Nusantara yang mana mereka pastinya membutuhkan pasokan cabai yang besar untuk bumbu olahan masakannya. Dengan begitu harapannya petani dapat meraup keuntungan dan bisa mengantongi puluhan juta rupiah dalam sekali panen.
Meningkatnya permintaan akan buah cabai membuat kebutuhan akan benih cabai rawit pun juga ikut meningkat. Benih menjadi faktor utama yang menentukan kelangsungan budidaya. Yang mana tidak ada benih, proses budidaya tak akan berjalan.
Dalam pemilihan benih tidak boleh sembarangan, pastikan benih yang petani pilih memiliki kualitas yang baik dan unggul. Untuk memenuhi kebutuhan akan benih unggul, para produsen benih akhirnya merespon dan memproduksi aneka benih cabai rawit unggul hibrida. Benih-benih cabe rawit tersebut antara lainnya ada benih cabe rawit F1 Dewata, F1 Raga 2, F1 Sonar, F1 Nirmala, F1 Pelita, F1 Bhaskara dan F1 Pelita 8.