SI BUAH BESAR CABAI F1 TM SCARLET. 08125222117 WA/SMS LMGA AGRO. Cabai merupakan salah satu jenis komuditas hortikultura yang masyarakat tidak pernah lepas memburunya.
Masyarakat Indonesia yang mayoritas pencinta pedas tidak mungkin bisa melupakan bahkan meninggalkan si sumber pedas ini begitu saja meskipun harga pada pasaran semakin melonjak.
Seperti kita tahu pada awal tahun baru 2017, harga cabai hampir tak terkendali, sekilonya saja sekarang sudah mencapai Rp 120 rb. Hampir naik 50 % dari harga semula yang hanya Rp 60 rb/kg.
Namun hal ini sungguh tak menyurutkan minat masyarakat untuk tetap membeli dan mengonsumsi cabai. Tidak hanya untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga tetapi juga kebutuhan usaha rumah makan, depot, maupun restoran. (Rev. 05-02-21)
Cabai sering kali kita jadikan sebagai bumbu masakan sehingga masakan akan memiliki cita rasa pedas yang menggugah selera. Kandungan senyawa capsaicin pada cabailah yang menyebabkan ketagihan dan membangkitkan nafsu makan bagi para pengemarnya. Memakan makanan pedas kini telah menjadi kebiasaan pada masyarakat.
Beraneka ragam kuliner dan rumah makan dengan menu andalan super pedas semakin masyarakat minati baik tua maupun muda dengan tingkat atau level kepedasan yang sesuai keingginan. Tentu saja dengan hal ini, membuktikan bahwa berbisnis cabai berpeluang besar untuk meraih keuntungan yang besar.
Mengingat pasar cabai semakin luas dan permintaannya yang semakin tinggi. Berdasarkan data dari kementan tahun 2016, perkiraan kebutuhan atau konsumsi cabai nasional setiap harinya mencapai 150 ribu ton. Separuh dari jumlah itu untuk keperluan rumah tangga dan sisanya untuk industri.
Sedangkan area penanaman cabai untuk cabai besar seluas 152 ribu ha dan cabai rawit 188 ribu ha dengan perkiraan produksi masing-masing 1,2 ton dan 940 ribu ton. Untuk pada daerah sentra produksi cabai pada Pulau jawa berkontribusi sebesar 51 %, Sumatra 17%, Sulawesi 4%, dan sisanya dari daerah lainnya.
