Contoh Hama Tanaman Yang Mampu Menyerang Selama Budidaya
Hama berbahaya yang menyerang ke tanaman dapat berdampak negatif untuk fase pertumbuhan tanaman, yang biasanya menjadi terganggu serta terhambat.
Dengan masa pertumbuhan tanaman yang menjadi terhambat dan terganggu, akan berefek terhadap hasil panen yang menurun dengan drastis serta kualitasnya cenderung jelek.
Oleh sebab itu, petani harus memperhatikan adanya serangan hama berbahaya pada tanaman budidaya, agar dapat segera memusnahkannya.
Apabila petani segera mengatasi hama berbahaya yang menyerang tanaman, kondisinya akan aman, sehingga tanaman dapat tumbuh sehat serta menghasilkan panen melimpah.
Pada bawah ini merupakan beberapa contoh hama pada tanaman, yang bisa menyerang ketika budidaya serta mampu mengacaukan fase perkembangannya.
Leptocorisa Oratorius
Leptocorisa oratorius atau terkenal sebagai walang sangit merupakan hama utama yang menyerang tanaman padi.
Hama ini umum berada pada daerah tropis dan subtropis Asia, terutama negara dengan produksi padi tinggi seperti Indonesia, India, dan Thailand.
Leptocorisa oratorius memiliki tubuh ramping dengan panjang sekitar 15 – 20 mm, berwarna coklat atau hijau kekuningan.
Salah satu ciri khasnya adalah bau tidak sedap yang dikeluarkan saat terganggu, sehingga terkenal dengan sebutan “walang sangit.”
Seperti kebanyakan serangga, Leptocorisa oratorius mengalami metamorfosis tidak sempurna, yang terdiri dari tiga tahap utama, yaitu :
- Telur : Betina meletakkan telur dalam kelompok kecil pada daun tanaman padi. Telur menetas dalam 5 – 10 hari, tergantung kondisi lingkungan.
- Nimfa : Setelah menetas, nimfa mulai memakan tanaman padi. Fase nimfa ini berlangsung sekitar 15 – 20 hari dan nimfa akan mengalami beberapa kali pergantian kulit hingga mencapai dewasa.
- Dewasa : Serangga dewasa terus mencari sumber makanan dengan menghisap cairan dari bulir padi yang sedang mengisi. Siklus hidup ini berlangsung 30 – 40 hari secara keseluruhan.
Kerusakan yang terjadi akibat serangan hama walang sangit pada tanaman padi seperti pengisian bulir yang tidak sempurna.
Warna pada bulir tanaman padi yang akan berubah dan bobot produktivitas panen yang terancam akan menurun.
Kerusakan tersebut seringkali baru terlihat pada fase akhir pertumbuhan padi, terutama saat tanaman mulai berbunga hingga bulir padi mulai terisi.
Oleh karena itu, serangan Leptocorisa oratorius bisa sangat merugikan, karena langsung mempengaruhi hasil panen akhir.
Untuk mengendalikan hama Leptocorisa oratorius, petani dapat menangkapnya secara manual, memasang perangkap hama.
Memakai musuh alami hama ini, merotasi tanaman dengan rutin, mengelola lahan tanam dengan baik, menggunakan varietas tanaman padi yang tahan hama.
Petani juga bisa mengaplikasikan insektisida untuk membasmi hama ini, dengan dosis serta cara penggunaan yang tepat.
Spodoptera Litura
Spodoptera litura atau terkenal sebagai ulat grayak adalah salah satu hama yang merugikan dalam pertanian, terutama pada daerah tropis dan subtropis.
Serangga ini menyerang berbagai jenis tanaman, terutama tanaman pangan seperti sayuran, kapas, tembakau, padi, dan kacang-kacangan.
Hama Spodoptera litura dapat melalui beberapa tahap dalam siklus hidupnya, seperti berikut ini :
- Telur : Betina meletakkan telurnya dalam kelompok besar pada permukaan daun. Telur akan menetas dalam waktu sekitar 2 – 5 hari.
- Larva : Setelah menetas, larva atau ulat mulai memakan daun tanaman inangnya, yang dapat menyebabkan kerusakan parah pada tanaman. Fase larva berlangsung sekitar 15 – 30 hari, tergantung pada kondisi lingkungan.
- Pupa : Setelah fase larva, hama ini akan memasuki tahap pupa, biasanya pada bagian dalam tanah. Tahap ini berlangsung sekitar 7 – 10 hari.
- Dewasa : Setelah metamorfosis, Spodoptera litura berubah menjadi ngengat dewasa yang mampu terbang dan menyebar ke tanaman lain untuk berkembang biak.
Larva ulat Spodoptera litura adalah fase yang paling merusak. Mereka menyerang daun, batang, dan kadang – kadang buah tanaman.
Pada serangan yang berat, larva dapat melahap seluruh bagian tanaman, menyebabkan kerusakan besar yang berdampak pada penurunan hasil panen.
Tanaman yang terserang seringkali menunjukkan gejala seperti daun yang akan terlihat berlubang atau terpotong serta akan terlihat kering dan layu daun.
Akibat kerusakan daun tersebut, tanaman budidaya menjadi kehilangan kemampuan dalam proses fotosintesis, sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat.
Untuk mengendalikan hama Spodoptera litura, petani bisa memakai musuh alami hama ini, merotasi tanaman dengan terjadwal.
Rutin untuk menyiangi gulma liar, memakai perangkap hama, dan mengaplikasikan insektisida, dengan dosis dan cara penggunaan yang tepat.
Baca Juga : Harga Regent Cair 50 ml Murah Ampuh Mengatasi Hama Tanaman