Contoh Hama Tanaman Yang Dapat Menghambat Pertumbuhannya
Hama berbahaya yang menyerang tanaman budidaya bisa memberikan efek negatif terhadap proses pertumbuhan tanaman, yang biasanya menjadi terganggu serta terhambat.
Dengan fase pertumbuhan tanaman budidaya yang terhambat dan terganggu, dapat berdampak terhadap produktivitas panen yang menurun dan kualitasnya menjadi lebih jelek.
Oleh karena itu, petani harus memperhatikan adanya contoh hama tanaman, yang bisa menyerang ketika budidaya, agar petani dapat dengan segera menumpasnya.
Apabila petani segera memberantas serangan hama berbahaya pada tanaman, kondisi tanaman akan aman dari hama, sehingga proses pertumbuhannya berjalan optimal.
Pada bawah ini merupakan beraneka contoh hama tanaman, yang dapat mengganggu proses pertumbuhannya serta bisa menyerang ketika proses budidaya.
Tungau Merah
Tungau merah atau Tetranychus Urticae merupakan salah satu hama yang dapat menyerang tanaman pertanian, terutama pada tanaman hortikultura dan perkebunan.
Ukuran tungau merah sangat kecil, yaitu hanya sekitar 0.5 mm, dan biasanya berwarna merah atau oranye. Tubuhnya berbentuk oval dengan delapan kaki.
Siklus hidupnya lumayan singkat, yaitu hanya sekitar satu minggu dari telur hingga pada tahap dewasa.
Hama tungau sering berada pada bagian bawah daun tanaman, yang mana mereka membentuk jaring halus.
Salah satu tanda awal serangan tungau merah adalah munculnya bintik kuning pada daun tanaman akibat tungau yang menghisap cairan sel tanaman.
Jika serangan tungau merah tidak segera petani tangani, daun tanaman akan mengering, berubah warna menjadi kecoklatan, hingga akhirnya rontok.
Dalam serangan yang parah, akan terlihat adanya jaring halus yang melapisi bagian bawah daun, cabang, atau bahkan seluruh tanaman.
Serangan tungau merah dapat mengurangi produksi tanaman secara signifikan karena daun yang rusak tidak mampu melakukan fotosintesis dengan efisien.
Buah atau sayuran produksi tanaman yang terserang tungau merah seringkali berkualitas rendah, baik dari segi ukuran, warna, maupun rasa.
Tanaman yang terserang tungau merah cenderung menjadi lebih rentan terhadap serangan penyakit lain dan kondisi lingkungan yang kurang mendukung.
Untuk mengendalikan hama tungau merah, petani bisa melakukan praktek rotasi tanaman, selalu menjaga kebersihan lahan tanam.
Memanfaatkan varietas tanaman yang tahan hama, memakai predator alami hama ini serta memakai insektisida dengan dosis yang tepat.
Kutu Daun
Kutu daun atau Aphids, adalah suatu hama paling umum yang menyerang pada berbagai jenis tanaman.
Mereka termasuk dalam famili Aphididae dan terdapat ribuan spesies kutu daun yang dapat menyerang berbagai tanaman hortikultura, perkebunan, dan pertanian.
Hama kutu daun umumnya berukuran cukup kecil, yaitu hanya sekitar 1 – 10 mm, dan memiliki tubuh berbentuk pir.
Warna mereka bervariasi, bisa hijau, kuning, coklat, merah, atau hitam, tergantung dengan spesiesnya.
Kutu daun berkembang biak dengan sangat cepat. Mereka bisa bereproduksi secara partenogenesis (tanpa fertilisasi oleh jantan), yang memungkinkan populasi mereka tumbuh dengan cepat.
Umumnya, hama kutu daun berada pada bawah daun, tunas, atau batang tanaman, yang mana menghisap cairan tanaman dengan mulutnya berbentuk stylet.
Salah satu gejala utama serangan kutu daun adalah daun yang menguning, menggulung, atau menjadi keriput akibat cairan sel tanaman yang terhisap.
Tanaman yang terserang kutu daun seringkali menunjukkan pertumbuhan yang terhambat karena kehilangan nutrisi penting.
Kutu daun juga mengeluarkan cairan manis yang disebut “honeydew”, yang menyebabkan pertumbuhan jamur jelaga hitam pada permukaan daun dan batang.
Untuk mengendalikan hama kutu daun, petani bisa memakai musuh alami hama ini, merotasi tanaman dengan rutin, memanfaatkan mulsa plastik.
Petani juga bisa menggunakan insektisida untuk mengatasi hama kutu daun, dengan dosis dan cara pemakaiannya harus tepat.
Ulat Grayak
Ulat grayak merupakan suatu hama yang sering menyerang pada tanaman pertanian serta hortikultura.
Hama ini adalah fase larva dari beberapa jenis ngengat atau serangga, seperti Helicoverpa armigera atau Spodoptera exigua.
Mereka dapat menyebabkan kerusakan secara signifikan pada tanaman dan menjadi masalah serius untuk petani.
Ulat grayak memiliki tubuh yang lunak, silindris, serta umumnya mempunyai warna hijau atau coklat.
Mereka memiliki enam kaki pada bagian depan tubuhnya dan kelenjar pada bagian belakang yang mengeluarkan getah atau zat berbau menyengat.
Hama ulat grayak bermetamorfosis sempurna, yang berarti mereka mengalami empat tahap dalam siklus hidupnya.
Yaitu telur, larva (ulat grayak), pupa, dan dewasa (ngengat). Fase larva adalah fase yang paling aktif memakan tanaman.
Salah satu gejala utama serangan ulat grayak adalah daun tanaman yang akan rusak. Ulat grayak biasanya memakan bagian tepi daun atau membuat lubang kecil pada daun.
Pada beberapa tanaman, ulat grayak juga dapat memakan buah dengan cara menguliti atau merusak permukaannya.
Tanaman yang terserang ulat grayak seringkali mengalami pertumbuhan yang terhambat karena kehilangan bagian penting dari tanaman yang termakan ulat.
Untuk mengendalikan hama ulat grayak, petani harus membersihkan lahan secara rutin, merotasi tanaman dengan rutin.
Memanfaatkan varietas tanaman yang tahan penyakit, memakai musuh alami hama ini, menggunakan perangkap feromon.
Petani juga bisa memakai insektisida untuk mengatasi hama ulat grayak, dengan dosis dan cara pemakaiannya harus tepat.
Baca Juga : Kegunaan Agrimec Manjur Basmi Hama Berbahaya Pada Tanaman