Jual Timun Sembada F1 Murah Di LMGA AGRO

lmga agro, lmga, jual, beli, ketimun, mentimun, sembada, royal agro, royal seed
  1. Pemasangan Ajir

Pasang ajir setelah proses penanaman selesai petani lakukan. Ajir terbuat dari kayu atau bambu, benang, dan tali plastik.

Tancapkan ajir di sisi batang tanaman, namun pastikan agar tidak melukai akar tanaman. Untuk 1 ajir dipasang / ditancapkan per 1 batang tanaman.

  1. Pemangkasan / perempelan

Proses pemangkasan / perempelan bertujuan agar merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses pemangkasan ini bisa petani lakukan dengan memangkas tunas dan hanya menyisakan 3 tunas saja.

Pemangkasan ini bisa petani lakukan saat tanaman sudah berumur 1 – 1,5 bulan setelah tanam dan dalam kondisi tidak berbunga.

  1. Pemupukan Susulan

Jangan lupa lakukan proses pemupukan susulan. Pemberian pupuk susulan bertujuan agar mampu berkembang dengan maksimal dan menghasilkan buah dalam jumlah banyak.

Pemupukan susulan pertama petani lakukan saat tanaman berumur 12 hari. Pupuk yang petani gunakan yaitu pupuk ZA, KCL, Urea, SP – 36, KNO3, dan DAP.

Berikan dengan dosis 100 : 100 : 100 : 100 : 25 : 100 dalam satuan gram dan campur dengan 10 liter air. Kocorkan pupuk pada setiap lubang tanam.

Pemberian pupuk susulan ini petani lakukan saat tanaman berumur 12, 15, 18, 22, dan 25 hari setelah tanam. Dosis dan cara pemberiannya sama dengan pemupukan di atas.

  1. Penyiraman

Penyiraman harus petani lakukan secara rutin agar kebutuhan air tanaman menjadi terpenuhi. Lakukan penyiraman setiap hari secara rutin yakni pada pagi dan sore hari.

  • Pengendalian Hama Dan Penyakit

Hama dan penyakit selalu jadi alasan utama dibalik gagalnya budidaya timun. Karena itu, mengendalikan hama dan penyakit harus menjadi prioritas agar tidak menyebabkan kerusakan dan kerugian lebih parah.

Hama dan penyakit yang bisa menjadi ancaman dalam budidaya timun contohnya seperti :

  1. Tungau

Tungau / mite merupakan hewan kecil bertungkai 8 dan termasuk dalam anggota superordo Acarina. Hewan invertebrata ini memiliki banyak jenis dan memiliki tingkat adaptasi tinggi dengan berbagai kondisi lingkungan.

Tungau pada umumnya bersembunyi di balik daun, terutama daun muda. Hama tungau menyerang dengan cara menghisap cairan daun di dalam jaringan mesofil hingga rusak.

Klorofil pada daun menjadi rusak dan menghambat proses fotosintesis.

Tungau bisa menetas dalam waktu 3 hari dengan kondisi kering dan suhu optimal 27° C. Tungau betina dewasa mampu menghasilkan telur sebanyak ± 20 butir telur per hari.

Perkembangannya cukup cepat, dalam waktu 5 hari saja tungau bisa dewasa secara seksual. Bahkan, dalam waktu 1 bulan saja 1 indukan tungau bisa berkembang biak hingga 1 juta ekor.

Gejala serangan hama tungau meliputi tangkai yang terserang berwarna seperti perunggu, daun menjadi lebih mudah rontok pada musim kemarau, dan terdapat bercak – bercak kecil dan akhirnya buah menjadi rontok.

Untuk mengatasi serangan hama tungau, cara yang bisa kita lakukan adalah melakukan rotasi tanaman, memanfaatkan predator alami tungau, mengambil dan memusnahkan hama tungau secara langsung, dan melakukan aplikasi akarisida sesuai dengan dosis.

  1. Kutu Kebul

Kutu kebul (Bemisia Tabaci) merupakan salah satu dari banyak hama utama yang berbahaya bagi pertumbuhan tanaman. Pada umumnya, kutu kebul berdiam dibalik daun.

Saat dewasa, kutu kebul memiliki tubuh berwarna putih dengan ukuran tubuh 1 – 1,5 mm, dan memiliki sayap berlapis lapisan lilin bertepung putih.

Siklus hidup kutu kebul dari telur hingga menjadi dewasa rata – rata berlangsung selama 21 – 24 hari, dan sebagian besar masa hidupnya berada di bagian bawah daun tanaman.

Serangan hama kutu kebul mampu menimbulkan 3 kerusakan, yaitu kerusakan tidak langsung, kerusakan langsung, dan penularan virus.

Kutu kebul menghisap cairan daun dan mengakibatkan kerusakan secara langsung, sehingga daun menjadi layu, menguning dan mati.

Bagian – bagian daun yang terletak di sekitar tulang daun yang terserang menjadi menguning, daun menggulung ke atas, dan tulang daun ikut menebal.

Pada infeksi yang parah mampu membuat ukuran daun menjadi mengecil dan tanaman menjadi kerdil.

Kutu kebul menghasilkan ekskresi berupa cairan madu. Cairan madu tersebut embun jelaga manfaatkan sebagai tempat tumbuhnya.

Embun jelaga (Alternaria sp. dan Cladosporium sp.) tersebut berwarna hitam dan membuat proses fotosintesis tanaman menjadi terhambat.

Untuk mengatasi serangan hama kutu kebul adalah memanfaatkan predator alami kutu kebul, melakukan rotasi tanaman, mengambil dan memusnahkan kutu kebul secara langsung, dan melakukan aplikasi pestisida sesuai dengan dosis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *