Irigasi dan Pemanfaatannya dalam Sistem Pertanian

irigasi, sistem, sistem irigasi, dunia, indonesia, danau, sungai, bendungan, air

Di daerah Mesopotamia berkembang teknik irigasi bernama Kareze. Teknik kareze ini mampu menggunakan tanah sebagai sumber utama pengairan. Untuk bisa menggunakan teknik ini, dibutuhkan sumur Qanat terlebih dahulu.

Untuk membangun sumur Qanat caranya yaitu dengan menggali ke dalam tanah secara vertical. Setelah selesai, buat terowongan secara horizontal ke arah ujung sumur.

Lereng alami nantinya akan bisa membuat air sumur mengalir sesuai gravitasi menuju kea rah bawah terowongan. Penggunaan Qanat bahkan masih digunakan hingga saat ini di Maroko dan Cina.

  • 500 SM

Di masa ini penggunaan sistem pengairan sudah menggunakan Roda Air Persia dimana di zaman sekarang dikenal sebagai pompa. Roda Air Persia ini merupakan sebuah rangkaian alat untuk mengangkut air dan mirip dengan Noria tetapi tidak menggunakan aliran air sungai, namun bisa menggunakan tenaga manusia.

  • 250 SM

Di masa ini Archimedes (filsuf Yunani) yang mengunjungi Mesir menciptakan perangkat pompa Archimedes dimana terdiri dari sekrup dalam tabung hampa. Sekrup tersebut dipasang secara terbalik dan akan berotasi saat air terangkut

  • 500 Masehi

Di masa ini penggunaan kincir angin sudah banyak digunakan walaupun tidak diketahui berasal darimana penggunaan kincir angin ini. Yang diketahui hanyalah gambar desain kincir angin pompa yang rupanya berasal dari Persia.

Desain kincir angin pompa ini memiliki layar vertical terbuat dari bahan kayu yang melekat pada poros pusat atau bisa juga menggunakan bahan berupa daun alang alang

  • 1800 Masehi

Di tahun 1800 – an ini sistem pengairan di dunia telah mencapai luas sebesar 19 juta ha di seluruh dunia.

Baca Juga : Budidaya Cabai Red Kriss Petik 35 Kali

Sejarah Irigasi di Indonesia

sawah, lahan, kebun, irrigatie afdeling, indonesia

Sejarah irigasi di Indonesia sudah lama diketahui dan cukup panjang.  Hal itu terbukti berdasarkan adanya sistem Tuo Banda di Sumatera Barat, sistem subak di Bali, dan sistem Tudang Sipulung di Sulawesi Selatan yang berkembang di zaman Hindu di Indonesia.

Kemudian perkembangannya terus terjadi hingga masa Penjajahan Belanda sampai Pemerintah Indonesia membangun sendiri sistem pengairan di Indonesia pada tahun 1970 – an.

Dari data yang diketahui berdasarkan prasasti tertua di Indonesia menyebutkan bahwa saluran air tertua telah dibangun pada abad ke 5 Masehi di daerah Desa Tugu dekat Cilincing.

Selain itu, menurut prasasti Harinjing yang kini disimpan di Museum Jakarta, bangunan irigasi pertama di Indonesia berada di daerah Jawa Timur.

Saat zaman Penjajahan Belanda di Indonesia, penggunaan sistem irigasi merupakan salah satu upaya mereka dalam pelaksanaan Sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel) pada tahun 1830.

Pemerintah Hindia Belanda menjadikan irigasi dalam sistem tanam paksa sebagai upaya agar lahan persawahan maupun perkebunan yang dilewati akan menghasilkan hasil panen maksimal.

Bendungan

Bendungan yang pertama kali dibangun di Indonesia diiniasiasi pembangunannya oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pemerintah Hindia Belanda mengutus Ir. Van Thiel ke daerah Situbondo Jawa Timur untuk membangun bendungan pertama tersebut di tahun 1832.

Bendungan tersebut terbuat dari struktur kayu jati yang diisi dengan batu kali dengan tinggi 8 meter dan panjang 45 meter. Bendungan tersebut diberi nama Bendungan Sampean karena terletak di aliran Kali Sampean.

Di tahun 1852 Belanda kembali membangun bendungan Glapan di Kali Tuntang Jawa Tengah dan pembangunannya akhirnya selesai di tahun 1859.

Bendungan ini merupakan bendungan pertama yang pembangunannya di bawah Pemerintah Kolonial Hindia Belanda dan dipergunakan untuk tanaman rakyat. Namun meskipun pembangunannya selesai di tahun 1859 bendungan ini baru bisa digunakan di tahun 1880 – 1890.

Di tahun 1889 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan sebuah Departemen BOW (Departemen Pekerjaan Umum) dan mulailah dibentuk sebuah “Irrigatie Afdeling”. Irrigatie Afdeling yang pertama kali dibentuk adalah Irrigatie Afdeling Serayu yang mencakup Karesidenan Banyumas dan Bagelan Jawa Tengah.

Lalu lahir lagi Irrigatie Afdeling Brantas pada tahun 1892 yang mencakup Malang – Kediri – Surabaya dan Irrigatie Afdeling Serang yang mencakup Semarang – Demak – Purwodadi. Dengan banyaknya Irrigatie Afdeling tersebut membuat Pulau Jawa di tahun 1910 telah terbagi habis dalam beberapa daerah pengairan.

Pentingnya sistem irigasi dalam Pertanian Indonesia

Sistem Irigasi dalam pertanian Indonesia sangat penting dan krusial peranannya. Terbukti bahwa di Pulau Jawa banyak terdapat bendungan sebagai sarana pengairan di lahan baik persawahan, perkebunan ataupun yang lainnya.

Mengingat pentingnya irigasi dalam sektor pertanian, penggunaannya tentu banyak memberikan manfaat. Diantaranya yaitu :

  1. Menyuburkan tanah

Tanah yang diberi irigasi akan basah dan membuatnya menjadi subur. Penyebabnya karena biasanya air yang dialirkan ke sawah tersebut mengandung banyak kandungan zat hara dan lumpur sehingga tanah yang dilewati nantinya akan menjadi subur

  1. Pendukung ketahanan pangan Indonesia

Dengan banyaknya manfaat yang ditawarkan oleh irigasi pada Negara kita maka bisa dikatakan jika irigasi merupakan sarana pendukung ketahanan pangan di Indonesia. Bayangkan saja jika tidak ada di Indonesia, maka sudah bisa dipastikan banyak lahan pertanian yang akan mengalami kekeringan dan berdampak besar bagi kerugian perekonomian Negara Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *