Jual Harga Actara 25 WG Terjangkau Manjur Atasi Hama Berbahaya

Jenis Hama Tanaman Yang Bisa Mengganggu Perkembangannya

Serangan hama berbahaya pada tanaman budidaya akan berefek pada fase perkembangan tanaman, yang umumnya menjadi terhambat dan terganggu.

Dengan proses perkembangan tanaman budidaya yang terganggu serta terhambat, bisa berdampak pada turunnya hasil panen secara drastis dan kualitasnya cenderung buruk.

Maka dari itu, petani perlu mengawasi adanya hama berbahaya yang menyerang ke tanaman, supaya bisa segera menumpasnya.

Jika petani segera mengambil tindakan pemberantasan hama pada tanaman, keadaannya akan lebih aman, sehingga pertumbuhannya lancar dan memproduksi panen tinggi.

Berikut adalah beraneka jenis hama tanaman yang mampu mengganggu fase perkembangannya dan dapat menyerang ketika proses budidaya.

Bemisia Tabaci

Bemisia tabaci atau kutu kebul adalah salah satu hama pada tanaman pertanian untuk berbagai belahan dunia, terutama daerah tropis dan subtropis.

Hama ini merupakan vektor dari banyak virus tanaman yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi secara signifikan.

Ukuran dari hama Bemisia tabaci cenderung lumayan kecil, yang panjangnya sekitar 1 – 2 mm, serta berwarna putih sampai kuning pucat.

Siklus hidup Bemisia tabaci mencakup empat tahapan yang utama, yaitu tahap telur, nimfa, pupa sampai dewasa.

Bemisia tabaci bisa merusak tanaman dengan dua cara, yang pertama menghisap getah tanaman, mengakibatkan daun layu, menguning. Serta dalam kasus parah, tanaman bisa mati.

Penyerapan nutrisi oleh tanaman juga akan berkurang, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.

Hama ini juga dapat menularkan lebih dari 100 jenis virus tanaman, termasuk virus kuning pada cabai, virus daun keriting pada tomat, dan virus mosaik.

Infeksi virus ini seringkali lebih merugikan daripada kerusakan fisik yang terjadi akibat penghisapan getah.

Tanda serangan hama Bemisia tabaci yaitu akan muncul bercak kekuningan pada daun tanaman, turunnya produksi tanaman.

Adanya lapisan lengket atau honeydew pada permukaan daun serta daun tanaman yang akan terlihat melengkung serta menggulung.

Untuk mengendalikan hama Bemisia tabaci, petani bisa memakai predator alami hama ini, merotasi tanaman secara rutin.

Memasang jaring halus pada sekitar tanaman dan pemakaian insektisida dengan memperhatikan dosis serta cara pemakaian yang tepat.

Spodoptera Litura

Spodoptera litura atau ulat grayak merupakan suatu hama penting pada tanaman pertanian, terutama daerah Asia, termasuk Indonesia.

Ulat ini menyerang berbagai jenis tanaman, seperti sayuran, kapas, padi, dan tanaman hortikultura lainnya, sehingga menyebabkan kerusakan signifikan.

Hama Spodoptera litura mempunyai  beberapa tahapan pada siklus hidupnya, seperti tahap telur, larva, pupa dan dewasa.

Siklus hidup Spodoptera litura akan berlangsung sekitar 30 – 40 hari, tergantung dengan kondisi lingkungan.

Ngengat betina dapat bertelur hingga 1.000 butir dalam sekali siklus reproduksi, yang menunjukkan potensi kerusakan yang besar jika populasinya tidak terkendali.

Kerusakan yang terjadi akibat Spodoptera litura adalah, larva yang memakan daun tanaman, meninggalkan hanya tulang daun.

Ini akan menyebabkan penurunan kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis, sehingga memperlambat pertumbuhan.

Selain daun, ulat grayak juga bisa menyerang buah, bunga, dan pucuk tanaman, menyebabkan kerugian lebih besar.

Tanaman yang terserang parah oleh Spodoptera litura seringkali mengalami penurunan produksi hasil, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Tanda serangan hama ini adalah akan terdapat lubang besar pada daun tanaman serta daun tersebut hanya akan menyisakan bagian tulangnya saja.

Untuk mengendalikan hama Spodoptera litura, petani harus mengolah tanah pada lahan dengan baik, memakai varietas tanaman yang tahan hama.

Merotasi tanaman secara terjadwal, memanfaatkan perangkap hama, memakai musuh alami hama ini dan aplikasi insektisida dengan dosis yang tepat.

Tetranychus sp.

Tetranychus sp. atau tungau laba – laba adalah kelompok hama mikroskopis yang menyerang berbagai jenis tanaman, baik tanaman hortikultura, hias, maupun perkebunan.

Hama tungau ini terkenal sebagai hama penghisap yang bisa menyebabkan kerusakan signifikan pada tanaman, terutama di iklim kering dan hangat.

Tungau ini berukuran kecil, yaitu sekitar 0.3 – 0.5 mm, sehingga sulit terlihat dengan mata telanjang. Berwarna merah, kekuningan, hijau atau coklat.

Salah satu ciri khasnya adalah kemampuannya membentuk jaring tipis pada bawah daun atau bagian tanaman yang terserang, mirip jaring laba – laba.

Dalam kondisi menguntungkan (hangat dan kering), siklus hidup Tetranychus sp. hanya membutuhkan 7 – 10 hari untuk berkembang dari telur menjadi dewasa.

Siklus hidup Tetranychus sp. terdiri dari empat tahap, yaitu tahap telur, larva, nimfa serta tahap dewasa.

Tetranychus sp. merusak tanaman dengan cara menghisap cairan dari sel – sel daun. Yang mengakibatkan area daun mati dan dan berubah warna menjadi kuning atau putih, membentuk bintik kecil.

Jika serangan parah, daun akan mengalami klorosis (menguning) secara menyeluruh, yang mengurangi kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis.

Daun yang terserang dengan berat bisa menggulung, mengering, dan rontok, menyebabkan penurunan produktivitas tanaman.

Akibat penurunan fotosintesis dan kerusakan daun, tanaman bisa mengalami pertumbuhan terhambat, produksi buah berkurang, atau bahkan mati dalam kasus yang parah.

Untuk mengendalikan hama Tetranychus sp., petani dapat memakai predator alami hama ini, meningkatkan kelembaban pada sekitar tanaman.

Membuang bagian tanaman yang terserang, rutin membersihkan gulma dan aplikasi insektisida, dengan memperhatikan dosis yang tepat.

Baca Juga : Jual Insektisida Ampuh Untuk Tanaman Kubis Berkualitas Terbaik